Kamis, 03 Juni 2021

Tentang Tugas Akhir (Part 4)

 

Finally, ini adalah drama terakhir sebelum munaqasyah berlangsung.

Antara antusias dan cemas, aku menunggu surat undangan munaqasyah dari pihak akademik. Menurut teman-teman yang sudah lebih dahulu ujian, biasanya antara 5-7 hari usai setor berkas, Ibu Tuti, staf akademik akan memberikan surat undangan. Tapi hingga tanggal 26 Mei, yang artinya sudah lebih dari seminggu aku mengumpulkan berkas, belum ada surat dari beliau. Aku mencoba santai, menikmati har-harii tanpa beban tesis. *pura-pura* 

Hingga akhirnya, aku yang terbisa tidur maksimal pukul 9 itupun dikagetkan dengan pesan di yang menumpuk di WA saat bangun, sekitar pukul setengah 3 dini hari. Ada beberpa inbox yang isinya, memberi support berupa kata-kata semngat, semoga sukses, semoga lancar, dan sebagainya. Feeling-ku auto not good. Dan benar ternyata, saat aku membuka WAG prodi, sudah ada link zoom yang tertera namaku, judul tesisku lengkap dengan tanggal dan jam. Yassalam.. siang itu juga, 27 Mei aku munaqasyah pukul 11 siang. Owowowowowwwww. Auto nge-WA orang rumah untuk minta do’a.

Ternyata Ibu Tuti juga mengirimkan link via chatpri. Langsung aku balas, “terima kasih, bu. Wah.. semendadak ini kah bu? Saya baru sadar kalau hari ini.” dengan tegas beliau membalas “Harusnya klu udah daftar munaqasyah aktif liat jadwal di SIA. Klu tatap muka trs gmn ga ada zoom.” Jleb. Oke fix, aku teledor, again. Aku hanya menjawab, “baik, Bu”. Hmmm.. bukannya tidak mau mengecek SIA, karena memang tidak berpengalaman melakukan registrasi online di kampusku yang dulu. Plus belajar dari teman-teman yang lebih dahulu munaqasyah, mereka mendapatkan surat dari fakultas jauh-jauh hari. Aku sama sekali abai dengan keberadaan SIA :'))

Oke, mencoba tenang. Bersyukur jadwalnya masih pukul 11, setidaknya masih ada waktu untuk latihan ngomong dan memprtbaiki PPt yang sejak awal drama sekali itu. Aku membuatnya benar-benar hanya formalitas sebagai syarat daftar sidang, dengan bentuk yang sama sekali tidak aesthetic. Polos-los, putih. Sebangun tidur aku sudah WA Muads dan minta tolong untuk mau menjadi audiens latihan presentasi. Beruntunglah setengah tiga itu ybs belum tidur. Dia oke dan menyarankanku mengajak teman-teman yang lain. Bukannya tidak mau, dalam situasi yang mepet aku harus tetap menjaga fokusku, bila banyak audiens maka akan ada banyak masukan nantinya dan hal itu akan membuatku buyar. Cukup Muads yang kita semua tau kalau dia sering out of the box sehingga bisa melihat hal-hal yang sering luput dari perhatian. Kita janjian pukul lapan via google meet. Aku segera membuat link meet.

Aku melanjutkan aktivitas rutinku dengan mencoba tenang. Usai jamaah subuh segera mendampingi adek-adek asrama ujian, untunglah pukul 6 sudah selesai, padahal bisanya pukul setengah tujuh. Aku lanjut bersih diri dan mengenakan kemeja putih, dredeg rasanya. Aku rapalkan doa-doa terbaik usai Dhuha, dalem pasrah Gusti, paringi lancar. Setelahnya aku me-WA semua ibu-ibu di Semarang, memohon doa bahwa siang ini akan ujian, alhamdulillah, the power of ibu-ibu itu menularkan energi yang memberikan ketenangan dan vibe positif bahwa aku bisa. Dengan dada yang tak henti bergemuruh, aku mulai mengedit PPt.ku. Hingga pukul delapan, aku mulai simulasi. Beruntung riset Muads juga living dengan penguji yang sama, Pak Agung Danarto. Muads memberikan masukan apa saja yang harus aku perbaiki. Sekiatar 40 menit kami discuss, aku segera memperbaiki PPt sesuai masukannya, dan syukurlah, ada teman baik yang membantu mendesain PPt.nya. Alhamdulillah. Allah Maha baik.

Selanjutnya aku mencoba presentasi sekali lagi untuk meminimalisir gugup. Cukuplah, pasrah. Hingga saat ini, bersyukur sekali ujiannya siang. Kalau misalnya pukul 8, sudah dapat dipastikan aku tidak bisa ngomong dengan jelas dan tidak bisa menjawab pertanyaan penguji saking tidak siapnya. Ya Rahman Ya Rahim, terima kasih banyak.

Aku juga menghubungi Ibu Nurun, mengbarkan kalau aku gugup dan sedang diare sejak kemarin. Beliau mengatakan yang penting sudah dipersiapkan, semoga dilancarkan. Aku sedikit tenang. Juga telepon dari Mbah Ninik, uti yang senantiasa ada bila cucu-cucunya ujian. Beliau memiliki caranya sendiri untuk mensupport kami sehingga kami senantiasa merasa tenang.

Kurang lebih setengah 11, aku telah siap. Memastikan diriku dalam keadaan baik-baik saja. Untuk mengusir nervous, aku menghampiri teman-teman di kantor PPMU yang baru usai melaksanakan rapat (harusnya pagi itu aku rapat dan ngobrol seru dengan mereka, huhuuu) Setelah sedikit cuap-cuap dan minta doa, pukul 11 kurang 15 menit, aku join, status zoom masih waiting, tiba-tiba eror sepuluh menit setelahnya. Entah apa yang aku klik saat itu, akhirnya bisa join, Pak Agung sudah join, Ibu Nurun dan Ibu Dian belum. Kami menunggu, hingga akhirnya Pak Agung menyampaikan kalau di rumah Ibu Nurun sedang mati listrik, dan karena Ibu nurun ketua ujian plus pembimbing, tidak mungkin dilaksanakan munaqasyah tanpa kehadiran beliau, beliau mengusulkan ditunda sore atau malam. Aku mengiyakan walaupun berat karena sore ada tanggungan menemani adek-adek asrama ujian. Huhuuu. Tapi tak apa, barangkali sorelah waktu terbaik. Teman-teman yang join mulai leave, pun dengan Pak Agung. Aku juga. Selang satu detik kemudian, ibu Nurun kembali kirim pesan di WA, “Skrng, brsn hdp” wah.. benar-benar senam jantung gaes, naik turun beat jantungku.

Aku lekas join, setelah ibu dian juga join, ujianpun dimulai, lima menit waktuku untuk presentasi, dan sebelum kesimpulan dari rumusan masalah ketiga diparparkan lengkap, waktu habis. Aku menghembuskan nafas. Besiap dibrondong pertanyaan oleh penguji. Kembali Allah memberikan keajaiban, karena pukul 12.00 Pak Agung ada acara, beliau memberikan pertanyaan dahulu. Aku sudah lupa apa saja jawabanku kepada beliau. Intinya beliau memastikan apakah jumlah subjek yang aku ambil sudah mencukupi syarat baik kualitas maupun kuantitas. Alhamdulillah sudah. Dan pertanyaan paling penting, tidak jauh berbeda dengan yang ditanyakan Ibu Nurun usai membuka Ujian, apa novelty dari riset yang kamu lakukan? aku lupa apa yang aku jawab, wkwkkwkkkkk. Kemudian Pak Agung menyimpulkan dari uraianku yang berbelit-belit bahwa walaupun cultural broker memiliki peran penting di dalam tradisi al-Qur’an di Kauman, namun perempuan adalah tulang punggung dari tradisi tersebut sehingga tetap terpelihara hingga saat ini. Yap, betul, demikian maksud saya, Pak. Hehee.

Ibu Dian selaku penguji kedua memberikan banyak sekali pertanyaan, mulai dari latar belakang, teori yang terus diublek-ublek hingga menanyakan kritikku terhadap teori tersebut. Bi barokati pak Sunyoto Usman yang bukunya sampe leccek itu, alhamdulillah bisa terjawab. Terima kasih banyak, ujian bisa dilalui dengan lancar dan syukur alhamdulillah dengan nilai yang melampaui ekspektasi. Pun revisi yang tidak perlu merubah hal-hal pokok, hanya diminta memaparkan data yang saat ujian aku jawab tapi belum tertulis di tesis. “Saya bingung mau ditulis dimana, Bu” heheee.

       Terima kasih banyak kepada Ibu Nurun yang dengan detail menayakan ini itu saat bimbingan sehingga mau tidak mau aku harus paham dengan apa yang sudah aku tulis. Aku amat sangat sadar, tugas akhir yang aku susun ini biasa saja, tidak se-amazing milik teman-teman lain (teuteup insecure as always) tapi dengan arahan beliau, poin-poin utama menyangkut problem riset- teori- metode dan  kesimpulan menjadi sinkron. Terima kasih banyak, Bu. Berkat akhir yang ‘baik’ ini juga aku merasa tidak terlalu tersesat memilih jurusan. Barangkali memang tidak piawai dan mudah stuck dengan kajian literatur yang mengkaji banyak turats. Tapi dengan living, aku menemukan diriku, sesuai dengan sifatku yang kekuatannya berasal dari luar, si ekstrovert. Kajian ini meyakinkanku bahwa sebenarnya aku mampu, tidak tersesat di SQH. Hanya saja perlu terus belajar dan bersyukur dengan tidak berhenti bergerak dan senantiasa memohon kasih, ma’unah dan ridha-Nya. (hiks)

Dan untuk teman-teman tercinta di SQH maupun di PPMU, terima kasih telah memberikan support yang sangat berarti selama ini. tanpa kalian semua, semakin tidak sehatlah mentalku menghadapi ini semua. Love you all, guys. Apalagi orang-orang di PPMU yang selalu menyemarakkan hidupku. Terima kasih untuk cinta dan bunganya ya, hangatnya kerasa sampai ke hati. Dan maap ga repost ucapan satu persatu. Malemnya auto tepar. Heheeeee.

Hingga upload tulisan ini di blog, aku belum mendengarkan ulang hasil record ujian dan sama sekali belum menyentuh untuk revisi. Duh, drama penyakit mental ini kambuh kembali. Semoga hidayah lekas menghampiri (btw, uda sepekan yang lalu euy, jemput tuh hidayah, jangan kelamaan mikir)

The last, Alhamdulillahi rabbi al-alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar