Finally, ini
adalah drama terakhir sebelum munaqasyah berlangsung.
Antara antusias dan cemas, aku menunggu surat undangan munaqasyah
dari pihak akademik. Menurut teman-teman yang sudah lebih dahulu ujian,
biasanya antara 5-7 hari usai setor berkas, Ibu Tuti, staf akademik akan memberikan
surat undangan. Tapi hingga tanggal 26 Mei, yang artinya sudah lebih dari
seminggu aku mengumpulkan berkas, belum ada surat dari beliau. Aku mencoba santai, menikmati har-harii tanpa beban tesis. *pura-pura*
Hingga akhirnya, aku yang terbisa tidur maksimal pukul 9 itupun
dikagetkan dengan pesan di yang menumpuk di WA saat bangun, sekitar pukul
setengah 3 dini hari. Ada beberpa inbox yang isinya, memberi support berupa
kata-kata semngat, semoga sukses, semoga lancar, dan sebagainya. Feeling-ku
auto not good. Dan benar ternyata, saat aku membuka WAG prodi, sudah ada
link zoom yang tertera namaku, judul tesisku lengkap dengan tanggal dan jam.
Yassalam.. siang itu juga, 27 Mei aku munaqasyah pukul 11 siang. Owowowowowwwww.
Auto nge-WA orang rumah untuk minta do’a.
Ternyata Ibu Tuti juga mengirimkan link via chatpri.
Langsung aku balas, “terima kasih, bu. Wah.. semendadak ini kah bu? Saya baru sadar
kalau hari ini.” dengan tegas beliau membalas “Harusnya klu udah daftar
munaqasyah aktif liat jadwal di SIA. Klu tatap muka trs gmn ga ada zoom.”
Jleb. Oke fix, aku teledor, again. Aku hanya menjawab, “baik, Bu”.
Hmmm.. bukannya tidak mau mengecek SIA, karena memang tidak berpengalaman
melakukan registrasi online di kampusku yang dulu. Plus belajar dari
teman-teman yang lebih dahulu munaqasyah, mereka mendapatkan surat dari
fakultas jauh-jauh hari. Aku sama sekali abai dengan keberadaan SIA :'))
Oke, mencoba tenang. Bersyukur jadwalnya masih pukul 11, setidaknya masih ada
waktu untuk latihan ngomong dan memprtbaiki PPt yang sejak awal drama sekali
itu. Aku membuatnya benar-benar hanya formalitas sebagai syarat daftar sidang,
dengan bentuk yang sama sekali tidak aesthetic. Polos-los, putih.
Sebangun tidur aku sudah WA Muads dan minta tolong untuk mau menjadi audiens
latihan presentasi. Beruntunglah setengah tiga itu ybs belum tidur. Dia oke dan
menyarankanku mengajak teman-teman yang lain. Bukannya tidak mau, dalam situasi
yang mepet aku harus tetap menjaga fokusku, bila banyak audiens maka
akan ada banyak masukan nantinya dan hal itu akan membuatku buyar. Cukup Muads
yang kita semua tau kalau dia sering out of the box sehingga bisa
melihat hal-hal yang sering luput dari perhatian. Kita janjian pukul lapan via google
meet. Aku segera membuat link meet.
Aku melanjutkan aktivitas rutinku dengan mencoba tenang. Usai jamaah
subuh segera mendampingi adek-adek asrama ujian, untunglah pukul 6 sudah
selesai, padahal bisanya pukul setengah tujuh. Aku lanjut bersih diri dan
mengenakan kemeja putih, dredeg rasanya. Aku rapalkan doa-doa terbaik usai Dhuha,
dalem pasrah Gusti, paringi lancar. Setelahnya aku me-WA semua ibu-ibu
di Semarang, memohon doa bahwa siang ini akan ujian, alhamdulillah, the power
of ibu-ibu itu menularkan energi yang memberikan ketenangan dan vibe
positif bahwa aku bisa. Dengan dada yang tak henti bergemuruh, aku mulai
mengedit PPt.ku. Hingga pukul delapan, aku mulai simulasi. Beruntung riset
Muads juga living dengan penguji yang sama, Pak Agung Danarto. Muads
memberikan masukan apa saja yang harus aku perbaiki. Sekiatar 40 menit kami discuss,
aku segera memperbaiki PPt sesuai masukannya, dan syukurlah, ada teman baik
yang membantu mendesain PPt.nya. Alhamdulillah. Allah Maha baik.
Selanjutnya aku mencoba presentasi sekali lagi untuk meminimalisir
gugup. Cukuplah, pasrah. Hingga saat ini, bersyukur sekali ujiannya siang.
Kalau misalnya pukul 8, sudah dapat dipastikan aku tidak bisa ngomong dengan
jelas dan tidak bisa menjawab pertanyaan penguji saking tidak siapnya. Ya
Rahman Ya Rahim, terima kasih banyak.
Aku juga menghubungi Ibu Nurun, mengbarkan kalau aku gugup dan
sedang diare sejak kemarin. Beliau mengatakan yang penting sudah dipersiapkan,
semoga dilancarkan. Aku sedikit tenang. Juga telepon dari Mbah Ninik, uti yang
senantiasa ada bila cucu-cucunya ujian. Beliau memiliki caranya sendiri untuk
mensupport kami sehingga kami senantiasa merasa tenang.
Kurang lebih setengah 11, aku telah siap. Memastikan diriku dalam
keadaan baik-baik saja. Untuk mengusir nervous, aku menghampiri
teman-teman di kantor PPMU yang baru usai melaksanakan rapat (harusnya pagi
itu aku rapat dan ngobrol seru dengan mereka, huhuuu) Setelah sedikit cuap-cuap
dan minta doa, pukul 11 kurang 15 menit, aku join, status zoom masih waiting,
tiba-tiba eror sepuluh menit setelahnya. Entah apa yang aku klik saat itu,
akhirnya bisa join, Pak Agung sudah join, Ibu Nurun dan Ibu Dian belum. Kami
menunggu, hingga akhirnya Pak Agung menyampaikan kalau di rumah Ibu Nurun
sedang mati listrik, dan karena Ibu nurun ketua ujian plus pembimbing, tidak
mungkin dilaksanakan munaqasyah tanpa kehadiran beliau, beliau mengusulkan ditunda
sore atau malam. Aku mengiyakan walaupun berat karena sore ada tanggungan
menemani adek-adek asrama ujian. Huhuuu. Tapi tak apa, barangkali sorelah waktu
terbaik. Teman-teman yang join mulai leave, pun dengan Pak Agung. Aku
juga. Selang satu detik kemudian, ibu Nurun kembali kirim pesan di WA, “Skrng,
brsn hdp” wah.. benar-benar senam jantung gaes, naik turun beat
jantungku.
Aku lekas join, setelah ibu dian juga join, ujianpun
dimulai, lima menit waktuku untuk presentasi, dan sebelum kesimpulan dari
rumusan masalah ketiga diparparkan lengkap, waktu habis. Aku menghembuskan
nafas. Besiap dibrondong pertanyaan oleh penguji. Kembali Allah memberikan
keajaiban, karena pukul 12.00 Pak Agung ada acara, beliau memberikan pertanyaan
dahulu. Aku sudah lupa apa saja jawabanku kepada beliau. Intinya beliau memastikan
apakah jumlah subjek yang aku ambil sudah mencukupi syarat baik kualitas maupun
kuantitas. Alhamdulillah sudah. Dan pertanyaan paling penting, tidak jauh
berbeda dengan yang ditanyakan Ibu Nurun usai membuka Ujian, apa novelty
dari riset yang kamu lakukan? aku lupa apa yang aku jawab, wkwkkwkkkkk. Kemudian
Pak Agung menyimpulkan dari uraianku yang berbelit-belit bahwa walaupun cultural
broker memiliki peran penting di dalam tradisi al-Qur’an di Kauman, namun
perempuan adalah tulang punggung dari tradisi tersebut sehingga tetap
terpelihara hingga saat ini. Yap, betul, demikian maksud saya, Pak. Hehee.
Ibu Dian selaku penguji kedua memberikan banyak sekali pertanyaan,
mulai dari latar belakang, teori yang terus diublek-ublek hingga
menanyakan kritikku terhadap teori tersebut. Bi barokati pak Sunyoto Usman
yang bukunya sampe leccek itu, alhamdulillah bisa terjawab. Terima kasih
banyak, ujian bisa dilalui dengan lancar dan syukur alhamdulillah dengan nilai
yang melampaui ekspektasi. Pun revisi yang tidak perlu merubah hal-hal pokok,
hanya diminta memaparkan data yang saat ujian aku jawab tapi belum tertulis di
tesis. “Saya bingung mau ditulis dimana, Bu” heheee.
Terima kasih banyak kepada Ibu Nurun
yang dengan detail menayakan ini itu saat bimbingan sehingga mau tidak mau aku
harus paham dengan apa yang sudah aku tulis. Aku amat sangat sadar, tugas akhir
yang aku susun ini biasa saja, tidak se-amazing milik teman-teman lain (teuteup
insecure as always) tapi dengan arahan beliau, poin-poin utama
menyangkut problem riset- teori- metode dan
kesimpulan menjadi sinkron. Terima kasih banyak, Bu. Berkat akhir yang ‘baik’
ini juga aku merasa tidak terlalu tersesat memilih jurusan. Barangkali memang
tidak piawai dan mudah stuck dengan kajian literatur yang mengkaji
banyak turats. Tapi dengan living, aku menemukan diriku, sesuai
dengan sifatku yang kekuatannya berasal dari luar, si ekstrovert. Kajian ini meyakinkanku
bahwa sebenarnya aku mampu, tidak tersesat di SQH. Hanya saja perlu terus
belajar dan bersyukur dengan tidak berhenti bergerak dan senantiasa memohon
kasih, ma’unah dan ridha-Nya. (hiks)
Dan untuk teman-teman tercinta di SQH maupun di PPMU, terima kasih
telah memberikan support yang sangat berarti selama ini. tanpa kalian
semua, semakin tidak sehatlah mentalku menghadapi ini semua. Love you all,
guys. Apalagi orang-orang di PPMU yang selalu menyemarakkan hidupku. Terima
kasih untuk cinta dan bunganya ya, hangatnya kerasa sampai ke hati. Dan maap ga
repost ucapan satu persatu. Malemnya auto tepar. Heheeeee.
Hingga upload tulisan ini di blog, aku belum mendengarkan ulang
hasil record ujian dan sama sekali belum menyentuh untuk revisi. Duh,
drama penyakit mental ini kambuh kembali. Semoga hidayah lekas menghampiri
(btw, uda sepekan yang lalu euy, jemput tuh hidayah, jangan kelamaan
mikir)
The last, Alhamdulillahi rabbi al-alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar