Rabu, 02 Maret 2022

Proses Dibalik "Bait di Awal Perjalanan" (Part 2)

           Ini adalah proses terakhir dari BTS Bait di Awal Perjalanan, Mencetak. Karena hanya sisa satu sub bab, maka langsung saja, judul babnya tidak perlu ditulis ulang. Hehehe.

          Mencetak dilakukan secara konvensional, hanya menggunakan mesin foto kopi di al-Maghfiroh FC, tempat Mas Yasir nyambi sebagaimana yang kami ceritakan di awal. Profil lengkap percetakan ini, sudah kami lampirkan pada deskripsi buku di halaman awal.

         Awalnya planning mencetak baru akan dimulai pada awal Desember 2021, karena buku ‘masih’ harus ready tanggal 5, kami pikir cukuplah 4 hari untuk menyiapkan semuanya. Ternyata… Mas Yasir tanggal 2 wisuda, Jadwal wisudanya diinfokan mendadak. Akhirnya, Senin 29 November, Mas Yasir bergegas ke Jember, saya baru akan menyusul tanggal 2 pagi, karena Mas Yasir kebagian prosesi wisuda siang.

Senin itu juga, sesampainya di Jember, Mas Yasir lanjut belanja bahan-bahan, seperti aneka lem, tinta, plastik dop untuk melapisi cover dan lain-lain, saya tidak terlalu paham. Oh iya, siangnya kami sempat edit cover karena ternyata, saat kami cek ulang di DaFont, font Father Mother yang kami gunakan, walaupun gratis tapi tidak untuk dikomersilkan, berketerangan “free for personal use” akhirnya kami ganti font yang mirip-mirip dan 100% free. Tapi lupa nama font-nya, wkwkwk.

Proses mencetak baru dimulai pada Selasa, 30 November dengan mengirimkan file cover ke percetakan kesayangan warga Jember, Gajah Offset. Wkwkwkk. Pagi dikirim, siang selesai. Malamnya memotong-motong cover menjadi satuan, dicetaknya ‘kan ukuran A3+ (tiap lembar isi 2 cover) Jadi harus dipisah dulu. Bisa dipahami kan ya? Wkwkkwkk. Lalu secara manual dengan menggunakan alat laminasi, satu persatu cover dilapisi dengan plastik dop. Betapa sabarnya Anda melakukan semuanya, Pak Yasir.

Keesokannya, Rabu, barulah proses cetak. Masalah langsung menghampiri pada percetakan pertama. Ternyata kertasnya terlalu tipis, jadi lengket di mesin dan nggak bisa diproses. Ada banyak kertas yang terbuang. Padahal saat beli di Jogja, sudah menyesuaikan instruksi Mas Yasir, berat kertas rentang 70-75 gsm. Setelah berjam-jam dicoba dan tetap demikian, Mas Yasir kirim pesan kalau memang tetap ndak bisa, kita pakai kertas HVS biasa ya? Ndak papa ya? Sebenarnya ya tidak boleh, hiks. Tapi kalau memang tidak bisa, dari pada tidak cetak sama sekali sementara cover sudah siap, naskah pun tinggal print. Saya mencoba lilo. Mas Yasir sudah berusaha dengan menjemur kertasnya, barangkali lembab karena terlalu lama disimpan. Lalu ybs coba diulang lagi, tetap saja T_T


Rusak :(

Jemur jemur...!

Akhirnya saya ingat sesuatu, yang lengket tersebut pastilah hanya sebagian. Saya minta Mas Yasir untuk membuka kardus yang paling besar, yang berisi 8 rim dari toko kertas, saya ingat betul kalau yang itu beratnya 72 gsm. Sementara yang beli ecer di PINK FC saya tidak beratnya, asal beli saja. Saya pikir pastilah sama dengan yang dipakai di FC tempat Mas Yasir, karena mas Yasir pernah bilang standar mesin FC itu 70-75 gsm.

Dan benar saja, proses cetak menjadi lancar jaya. Alhamdulillah. Ternyata kertas sebanyak 4 rim yang dibeli secara ecer itu memang lebih tipis, tidak sampai 70 gsm. Saya jadi tahu, walaupun sama-sama dari foto kopian, spesifikasi kertas kertas yang digunakan beda. Saya memang nggak nanya-nanya ke bapaknya karena tak pikir pastilah semua tempat FC menggunakan berat kertas yang sama.



Demikianlah, akhirnya kertas di cetak dengan book paper tidak sampai 150 eks, sementara kami akan mencetak 200-an eks. Sekitar 60-an biji terpaksa kami cetak dengan HVS. Itulah mengapa pada akhirnya teman-teman ada yang menerima buku berkertas putih biasa, bukan kertas coklat, utamanya yang tidak bisa hadir langsung ke rumah. Punten, paper book yang kami beli salah.


 Malamnya, yang berarti malam Kamis, dilanjutkan dengan ngelem, kalau kata Mas Yasir disebut dengan bending. Proses ini dibantu teman-teman di FC, sehingga lekas selesai, lekas maksudnya tidak sampai subuh, hanya pukul satu dini hari. Hmmm.

Kamis pagi, sebelum menjemput saya di terminal Tawang Alun, Mas Yasir menyerahkan 210 eks buku ke tempat pemotongan. Ini adalah proses akhir, yaitu merapikan pagian pinggir-pinggir agar rata, tidak ada tepi kertas yang offside. Heheee. Alhamdulillah, sore usai wisuda, buku-bukunya sudah kembali ke FC –dijemputin Mas Kamil dari tempat pemotongan usai dia ngajar- dalam keadaan rapi, uda kek buku beneran T_T

Alhamdulillah, keesokan paginya, buku sudah mendarat di Lumajang dengan selamat diangkut oleh bus akas, wkwkkkkk. Tinggal dimasukkan ke kantong tile, siap menjadi souvenir.

Demikianlah BTS Bait di Awal perjalanan. Kami mencetak 210 eks dengan jumlah undangan hanya 180 orang. Sebagian teman-teman yang berhalangan hadir sudah kami paketkan. Jadi, setelah kami simpan sebagian, saat ini masih ada sekitar 20 eks sisa. Apabila teman-teman pembaca ada yang berkenan, silahkan captri atau DM alamat, ongkir ditanggung pribadi ya, COD dengan pak kurir entar. Hehehe.

Tapi perlu diingat, buku ini retjeh sekali, hanya berisikan perjalanan kami hingga memutuskan untuk menikah, jadi jangan berharap banyak. Hehehe. Makanya yang kami undang hanya sebatas teman-teman dekat, karena selain tidak membuat acara walimah (hanya ramah-tamah yang kami sebut reuni, wkwk) kami tidak percaya diri bila buku kami dibaca orang diluar circle kami. Tapi dari pada 10 eks nganggur di sini, kan ya mending ada yang mengadopsi.*jadi mbulet kan?* Wkwkwk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar