Walau telah berusaha keras, insecure masih sering menghampiri.
Apalagi saat menengok kanan kiri, penuh dengan sosok berprestasi.
Sejatinya, cukup dengan berkarya sepenuh hati,
Dan mempertahankan konsistensi,
Tanpa memperhitungkan apresiasi,
Kau akan menjadi sosok yang menginspirasi,
Bahkan, dihitung sebagai ladang dakwah di hadapan ilahi.
Terima kasih FLP, telah menyadarkanku kembali.
Sabtu, 07 Maret 2020
Jumat, 06 Maret 2020
Tidak Hanya Stimulan
Ini baru tulisan ke-6 dari blog yang telah berumur 2 tahun.
Heheee..
aku merasa sangat miris. Malas adalah penyebab utamanya.
Padahal, banyak sekali kejadian dan pengalaman-pengalaman selama ini yang bisa
ditulis untuk dijadikan reminder dalam proses kedepannya. Apalah daya,
malas berhasil membelengguku.
Seperti
saat merangkai kata dalam tulisan ini, bukan karena aku telah terbebas dari
belenggu malas itu. Sama sekali belum. Bahkan ini adalah corat-coret kesekian
sebelum akhirnya berani aku upload di blog. Dimana coretan-coretan
sebelumnya tidak pernah mencapai garis finis. Angka yang tertera di pojok kiri
MS. Word-ku tidak pernah lebih dari 500 kata. Malas untuk menyelesaikan dengan dalih
tidak mood, ujung-ujungnya menutup lembar kerja dan mengeklik tombol shut
down.
Saat
menulis ini lah aku sadar, bahwa untuk konsisten (dalam hal apapun, tidak hanya
menulis) membutuhkan stimulan. Memang, sebagaimana guruku menuturkan, bahwa ada
2 tipe manusia terkait konsistensinya. Tipe pertama, konsisten personal. Yaitu
orang-orang yang memang bisa konsisten dalam melakukan berbagai hal karena
memang dalam dirinya telah tertanam kuat sifat tersebut. Tipe kedua, konsisten
kolektif. Adalah orang-orang yang bisa konsisten asalkan dia bersama-sama
dengan yang lain. Dan dari tipe ini lah, bila orang tersebut benar-benar mau terus
berusaha, tingkat konsistennya bisa naik ke tingkat pertama. Tapi jelas, sulit.
Nah,
karena aku adalah tipikal yang ke-2, maka dalam hal apapun selama ini, aku
selalu berusaha untuk mencari teman, kelompok.
Mengapa
berkelompok itu penting? Karena di dalamnya akan ada banyak stimulan agar kita
tetap konsisten dalam hal apapun yang telah kita pilih. Contoh konkretnya
adalah, stimulan yang diberikan oleh FLP Yogya bagi calon anggotanya agar konsisten
menulis dengan memberikan tema tertentu dan menentukan batas waktu untuk
menghasilkan suatu karya tulis.
Dalam
rangka seleksi agar lolos ke tahap selanjutnya inilah, aku menulis kembali untuk
blog yang sudah lama berkarat.
Selama
ini, aku telah mencoba mencari stimulan agar terus menulis, dengan mengikuti
lomba-lomba kepenulisan online, khususnya cerpen yang infonya bertebaran di IG.
Walaupun belum pernah masuk tiga besar, setidaknya ada stimulan agar aku tetap
munulis. Tetapi, itu hanya bertahan selama lima bulanan saja, selanjutnya aku
tidak lagi konsisten.
Setelah
mendapatkan tugas menulis dari FLP ini aku memahami, bahwa stimulan saja
tidaklah cukup, aku membutuhkan coach agar tetap konsisten, mendapatkan hasil yang terukur,
tidak serta merta menulis yang kemudian tidak jelas kualitas dan kontribusinya.
Pantaslah bila selama mengirim karya untuk lomba, aku tidak pernah menang.
Tema
yang diberikan panitia adalah Dari FLP: Berkarya, berdakwah dan
menginspirasi. Sebagaimana yang aku tulis di awal, ini adalah coretan
kesekian karena proses kontemplasi yang aku lakukan sangat lama. Apa yang
hendak aku tulis dengan tema tersebut? Semakin panitia membebaskan bentuk
tulisan -Cerpen, esai, puisi, quote, dll- semakin berkelindan ide-ide dikepala,
dan semakin abstrak untuk dituangkan dalam bentuk tulisan.
Akhirnya, pagi
ini, deadline terakhir pengumpulan karya, aku memutuskan untuk menulis
esai non ilmiah sebagaimana genre tulisan di blog-ku yang hanya bisa dihitung
dengan jari-jari satu tangan.
Tema
yang diberikan panitia benar-benar menjadi stimulan bagiku, untuk terus
berkarya melalui tulisan, sebagaimana niat awal saat membuat blog adalah agar
benar-benar bisa konsisten menulis, yang kemudian bisa benar-benar ‘berkarya’,
syukur-syukur bila kemudian tulisanku bisa menjadi media dakwah yang akhirnya
bisa menginspirasi manusia-manusia lain. Walaupun akan berat dilalui, tetapi
aku tidak akan menyerah untuk terus belajar.
Semoga,
aku bisa lolos ke tahap selanjutnya dan bisa mendapatkan banyak stimulan yang
memicu ide-ide dari kepalaku, juga agar bisa konsisten belajar menulis dari
para coach di FLP Yogya, hingga akhirnya aku berkarya, berdakwah melalui
tulisan-tulisanku dan berharap bisa menginspirasi bagi sesama.
Langganan:
Komentar (Atom)